Header Ads

Menulis refleksi merujuk lima Orientasi Nilai Guru PJOK dalam Penilaian mandiri



newpok.com./ Ibu/Bapak Guru PJOK hebat, setelah mempelajari apa itu refleksi dan mengapa kita melakukan refleksi, mari kita mulai semakin mendalami tentang menulis refleksi.

untuk melakukan penilaian mandiri menggunakan alat ukur dengan menentukan prioritas Ibu/Bapak berdasarkan pernyataan-pernyataan yang tertera pada lembar penilaian mandiri tersebut.

Penilaian mandiri tersebut merujuk pada lima Orientasi Nilai Guru PJOK berikut ini:

  1. Disciplinary  Mastery (DM)/Penguasaan Materi/Disiplin Ilmu
Disciplinary Mastery (DM) biasanya disebut juga sebagai disiplin akademik merupakan bentuk orientasi paling tradisional dalam perkembangan kurikulum dimana fokus utamanya adalah mengajarkan murid untuk menguasai materi pelajaran. Dalam pendidikan jasmani, guru dengan DM memprioritaskan mendidik murid untuk mempromosikan kemahiran mereka dalam keterampilan fisik dan kebugaran serta pemahaman konten kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran. Konten pembelajaran mengarah pada gerakan mulai dari yang paling sederhana hingga yang lebih kompleks, seperti yang digunakan pada tarian, berenang, senam, olahraga tim, dan kegiatan kebugaran. Selain itu, pendukung DM menekankan pengetahuan fisiologis dan biomekanik

2. Learning Process (LP)/ Proses Pembelajaran
Orientasi pembelajaran yang berpusat pada murid ini menyoroti prinsip-prinsip pembelajaran bagi murid untuk belajar penerapan pengetahuan dan perkembangan belajar yang sistematis di luar kinerja belajar yang terampil. Dengan demikian, orientasi LP membantu murid menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dalam mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru. Dalam pendidikan jasmani, guru yang menempatkan nilai tinggi pada orientasi LP berusaha membuat lingkungan belajar menarik dan menyenangkan dengan membiarkan murid belajar bagaimana caranya belajar dan menerapkan pengetahuan sebagai pusat dari isi pendidikan jasmani daripada membiarkan mereka belajar hanya apa yang diajarkan. Kesempatan belajar tersebut memungkinkan murid untuk menerapkan pengetahuan mereka sebelumnya pada konsep/masalah pembelajaran baru.

3.Self Actualization (SA)/ Aktualisasi Diri
Orientasi SA lebih berfokus pada murid dengan pendekatan humanistik dengan cara membangun harga diri yang positif, rasa keberhasilan, dan kenikmatan dalam belajar. Rencana untuk memelihara pertumbuhan pribadi murid adalah tujuan akhir dari pendidikan jasmani mereka. Murid sebagai individu bertanggung jawab untuk mengidentifikasi tujuannya sendiri, untuk mengembangkan keunikan pribadi, dan untuk membimbing pembelajaran pribadi. Guru pendidikan jasmani dengan kecenderungan berorientasi nilai SA berusaha mengembangkan karakteristik dan kemampuan murid dalam bersikap mandiri, bertanggung jawab, dan selalu mempertimbangkan kebutuhan dan minat individu.

4. Ecological Integration (EI)/Integrasi Ekologis
Orientasi ini didasarkan pada pendekatan holistik untuk kurikulum seimbang yang memberikan pertimbangan yang relatif sama untuk kebutuhan murid, materi pelajaran, konteks pendidikan, dan masalah sosial. Orientasi EI mendorong murid untuk mencari makna pribadi mereka melalui berpartisipasi dalam berbagai kegiatan fisik, menguasai pengetahuan gerakan, dan meningkatkan kepekaan terhadap kehidupan mereka sendiri. Dengan demikian, orientasi nilai EI pada dasarnya tumpang tindih dengan orientasi nilai SA dan SR dalam hal memenuhi potensi manusia individu dan perubahan sosial (Jewett & Ennis, 1990). Guru dengan orientasi EI lebih memfokuskan perhatian pada menjaga keseimbangan antara kebutuhan murid, kebutuhan kelompok, dan tuntutan materi pelajaran untuk mengintegrasikan materi pelajaran, pengembangan pribadi murid mereka, dan pencapaian tujuan sosial-budaya yang dapat diidentifikasi sebagai sama pentingnya dalam kurikulum

5. Social Responsibility (SR)/ Tanggung Jawab Sosial
Orientasi SR berevolusi dari orientasi rekonstruksi sosial dalam kerangka teori orientasi nilai asli. SR dihipotesiskan lebih konsisten dengan tujuan guru yang dinyatakan dengan prioritas tinggi untuk kurikulum sosial daripada rekonstruksi sosial. Kurikulum berdasarkan orientasi SR diarahkan pada kebutuhan masyarakat di luar kebutuhan individu. Kurikulum yang menangani masalah sosial akan menekankan pada peningkatan kesadaran akan kebutuhan sosial dan peran peserta didik sebagai agen perubahan. Pendukung SR mengembangkan strategi untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik yang menekankan kesetaraan dan keadilan sosial untuk berkontribusi pada perubahan sosial. Dalam orientasi ini, aktivitas fisik dan olahraga diakui sebagai sarana untuk membantu peserta didik belajar menyelaraskan kebutuhan individu mereka dengan kebutuhan masyarakat mereka.

Sebagaimana halnya dengan model pembelajaran, guru PJOK Indonesia idealnya memandang nilai orientasi model sebagai kekayaan khazanah PJOK. Marilah kita akui bahwa PJOK yang kita geluti, ternyata memiliki muatan nilai yang teramat kaya. Kita tentu harus memandang

bahwa tidak ada orientasi nilai yang dianggap paling efektif, karena yang kita hadapi di kelas adalah peserta didik yang memiliki berbagai dimensi kemanusiaan. 
Tidak bisa kita menganut semangat one size fits all, seperti halnya gaya mengajar yang menurut Mosston tidak dianjurkan untuk dijadikan idola oleh guru PJOK. Yang harus guru lakukan adalah kuasai semuanya, pelajari secara sungguh-sungguh setiap langkah penerapannya, dan setiap guru akan menemukan peluang untuk menjadi ahli pada semua orientasi nilai di atas, terutama untuk digunakan untuk mendidik seluruh peserta didik kita.

Sebagai guru PJOK, kita juga akan menyadari bahwa setiap orientasi tentu memerlukan satu kesadaran yang utuh tentang keyakinan kita terhadap PJOK, yang mana secara definitif, PJOK adalah alat untuk mendidik peserta didik menjadi lebih utuh dan total, sehingga wahana untuk mencapainya memerlukan keutuhan kompetensi dari para gurunya. Oleh karena itu, kuasai dan sadari kelebihan dan kelemahan dari setiap orientasi, memanfaatkan kelebihannya, kurangi aspek lemahnya, jadikan semuanya untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan pendidikan anak bangsa, menjadi dewasa, menjadi berkemampuan utuh dalam menghadapi tantangan abad 21 dan abad selanjutnya. Jadikan PJOK sebagai wahana yang strategis untuk menyiapkan peserta didik kita terampil mengelola hidupnya di masa mendatang, serta mampu meraih kebahagiaan yang hakiki dalam kehidupan dewasa mereka. 

Untuk kepentingan jangka pendek, marilah kita tunjukkan kepada dunia bahwa mata pelajaran PJOK bukan merupakan mata pelajaran yang dapat dipandang remeh karena keterbatasan manfaatnya bagi peserta didik. Justru, semua guru harus mampu menunjukkan bahwa PJOK adalah pelajaran esensial bagi kehidupan anak, karena melalui PJOK kita dapat membekali peserta didik dengan kemampuan yang utuh, termasuk membangun jiwa dan badan anak, sehingga memenuhi amanat yang termaktub dalam Lagu Kebangsaan kita Indonesia Raya, yaitu “bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya.” Dengan demikian, kita harus memiliki kepercayaan kuat bahwa “Pendidikan tidak utuh jika tidak dilengkapi oleh PJOK. Dan satu-satunya pendidikan yang utuh hanyalah PJOK.” Atas dasar kepercayaan itulah kita harus mengadopsi orientasi nilai pendidikan jasmani secara utuh dan menyeluruh.





Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.